Kamis, 31 Mei 2012

rumah lamin desa pampang



13 mei 2012,saya menuju sebuah desa yang bernama desa pampang,letak desa ini tidak jauh dari kota samarinda      yang hanya memakan waktu 1 jam perjalanan.walau teriknya matahari
tidak menghalangi perjalanan saya menuju desa pampang ini. Setelah 1 jam perjalananakhirnya sampai jug di desa ini.pertama yang saya rasakan ketika sampai di desa ini,adat istiadat  suku dayak ini masih kental,dengan gerbang masuk yang di ukir,dan masyarakat yang masih bercocok tanam
.Penghuni desa pampangmerupakan orang turunan dayak kenyah yang awalnya berdomisili di apokayan.
Kemudian dari gerbang tersebut terdapat sebuah jalan desa yang di bangun dengan arah mengikuti aliran sungai.Masyarakat dayak di desa pampang menempati lamin lamin yang kecil dan berupa rumahtinggal yang tersebar secara linier di sepanjang tepi jalan desa,sebagian ada yang terletak agak jauh dari jalan desa yangdihubungkan dengan gang atau jalan kecil.Setelah  itu saya melanjutkan perjalana saya ke Satu-satunya longhouse  yang beradadi Pampang ini yang  terletak di tengah desa yang berfungsi sebagai balai  adat ataubalai desa guna menampung kegiatan bersama masyrakat satu desa secara periodik bukansebagai tempat tinggal.dilamin tersebut saya menjumpai orang yang tertua didesa tersebut.sehingga saya dapat bertanya Tanya mengenai rumah lamin tersebut,disetiap sudut rumahlamin ini menggunakan ornmen-ornamen yang terukir dan memilik makna tertentu.seperti di bagian atap
saya memasuki rumah longhouse ini saya begitu di sapa ,dilayani dengan senyuman hangat orang orang suku dayak.Pada bagian dinding terdapat ukuiran ukiran salah satunya yaitu ukiran berupa hutan yang melambangkanpersaudaraan suku dayak.seperti makna tersebut didesa ini persaudaraan msyarakat didesa ini sangat erat.
terdapat ukiran naga yang artinya menerima setiap tamu yang datang,seperti yang saya rasa ketika pertama.ketika saya mengunjungi untuk kedua kalinya desa pampang ini .Saya melihat ada salah satu keluarga yang meninggaldan acara kematian itu di lakukan di rumah lamin ini,semua masyarakat yang ada didesa itu berkumpul untukmendoakanmasyarakat yang terkena musibah.begitu eratnya persaudaraan mereka dan saya pun ikut merasakan.Dan pada bagian kaki dibangun di atas tiang yang tinggi yang berbentuk kerangka manusia,ynag artinya untuk melihat roh jahat yang mau berniat buruk terhadap masyarakat suku dayak




Senin, 28 Mei 2012

rumah adat toraja

Tongkonan adalah rumah adat masyarakat Toraja. Atapnya melengkung menyerupai perahu, terdiri atas susunan bambu (saat ini sebagian tongkonan menggunakan atap seng). Di bagian depan terdapat deretan tanduk kerbau. Bagian dalam ruangan dijadikan tempat tidur dan dapur. Tongkonan digunakan juga sebagai tempat untuk menyimpan mayat. Tongkonan berasal dari kata tongkon (artinya duduk bersama-sama). Tongkonan dibagi berdasarkan tingkatan atau peran dalam masyarakat (stara sosial Masyarakat Toraja). Di depan tongkonan terdapat lumbung padi, yang disebut ‘alang‘. Tiang-tiang lumbung padi ini dibuat dari batang pohon palem (bangah) saat ini sebagian sudah dicor. Di bagian depan lumbung terdapat berbagai ukiran, antara lain bergambar ayam dan matahari, yang merupakan simbol untuk menyelesaikan perkara.
Khususnya di Sillanan-Pemanukan (Tallu Lembangna) yang dikenal dengan istilah Ma'duangtondok terdapat tongkonan yaitu Tongkonan Karua (delapan rumah tongkonan) dan Tongkonan A'pa'(empat rumah tongkonan) yang memegang peranan dalam masyarakat sekitar.
Tongkonan karua terdiri dari:
  1. Tongkonan Pangrapa'(Kabarasan)
  2. Tongkonan Sangtanete Jioan
  3. Tongkonan Nosu (To intoi masakka'na)
  4. Tongkonan Sissarean
  5. Tongkonan Karampa' Panglawa padang
  6. Tongkonan Tomentaun
  7. Tongkonan To'lo'le Jaoan
  8. Tongkonan To Barana'
Tongkonan A'pa' terdiri dari:
  1. Tongkonan Peanna Sangka'
  2. Tongkonan To'induk
  3. Tongkonan Karorrong
  4. Tongkonan Tondok Bangla' (Pemanukan)
Banyak rumah adat yang konon dikatakan tongkonan di Sillanan, tetapi menurut masyarakat setempat, bahwa yang dikatakan tongkonan hanya 12 seperti tercatat di atas. Rumah adat yang lain disebut banua pa&rapuan. Yang dikatakan tongkonan di Sillanan adalah rumah adat di mana turunannya memegang peranan dalam masyarakat adat setempat. Keturunan dari tongkonan menggambarkan strata sosial masyarakat di Sillanan. Contoh Tongkonan Pangrapa' (Kabarasan)/ pemegang kekuasaan pemerintahan. Bila ada orang yang meninggal dan dipotongkan 2 ekor kerbau, satu kepala kerbau dibawa ke Tongkonan Pangrapa' untuk dibagi-bagi turunannya.
Stara sosial di masayarakat Sillanan di bagi atas 3 tingkatan yaitu:
  1. Ma'dika (darah biru/keturunan bangsawan);
  2. To Makaka (orang merdeka/bebas);
  3. Kaunan (budak), budak masih dibagi lagi dalam 3 tingkatan.